Oleh: Syakir el-Ghubsyie |
PENDAHULUAN
Tak kenal maka
tak sayang, tak sayang maka tak cinta! Itulah pepatah lama yang kiranya pas untuk
mengawali tulisan dalam makalah ini yang berjudul: Tokoh-Tokoh Falak di Jawa
(Asal Usul, Karya dan Pandangan). Karena dengan mengenal tokoh-tokoh falak,
kita dapat mengetahui bagaimana konstruksi metodologi yang dibagun oleh ilmuan
falak ketika itu. Karena tidak sedikit tokoh-tokoh falak yang berusaha
memodernkan kajiannya yang hingga saat ini terkesan klasik dan kuno.
Sampai saat
ini begitu banyak pemerhati dan penggiat ilmu falak. Tidak terbatas pada santri
yang mengaji di pondok klasik dan modern, namun mahasiswa di bangku kuliah
mulai S1 hingga S3 juga mempelajari khazanah ilmu yang dianggap kuno tersebut. Akan
tetapi tahukah kita dengan pendahulu yang telah memberikan kontribusi yang
begitu berarti?
Dalam makalah
ini, sedikit akan mengeksplor tokoh-tokoh falak di Jawa yang akan berusaha
menjawab darimana asal usul, karya dan pandangannya. Namun, karena minimnya
sumber informasi, tulisan dalam makalah ini lebih banyak mengadopsi dari karya
guru besar Ilmu Falak di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yaitu Prof. Dr. Susiknan
Azhari dalam karyanya yang monumental ‘Ensiklopedi Hisab Rukyat’. Disamping
itu, penulis tetap mengkaji dan mencocokkan dari sumber primer yang dianggap
relevan.
Penulis
menyadari bahwa, metode penulisan dalam makalah ini tidak sistematis, masih
banyak tokoh tokoh falak khusunya di Jawa yang belum terdeteksi. Maka dari itu
masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk kesempuraan yang akan
datang.
1.
K.H. Manshur al-Falaki
Nama lengkapnya Haji
Muhammad Manshur bin ‘Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Muhammad Habib bin
Abdul Muhit al-Batawi yang terkenal dengan sebutan Guru Manshur Jembatan Lima,
dilahirkan di Jakarta pada 1878 M dan wafat pada hari Jum’at, 2 Safar 1387 H
bertepatan dengan tanggal 12 Mei 1967.
Guru pertamnya dalam
menuntut ilmu adalah bapaknya sendiri, K.H. Abdul Hamid. Ia juga salah seorang
murid Sayyid Usman ulama falak di betawi. Setelah dewasa ia pergi ke Mekkah dan
belajar ilmu falak kepada Abdurrahman Misri, ulama asal Mesir. Setelah empat
tahun di Mekkah, ia kembali ke tanah air dan mendirikan majelis ta’lim, yang
utama dipelajari adalah ilmu falak.
Kini yang meneruskan
keahlian falaknya adalah K.H. Fathillah Ahmadi yang merupakan salah seorang
buyutnya yang lain, yaitu Ustadz Yusuf Manshur salah seorang da’i muda yang terkenal
dengan “wisata hati”.
Karya monumentalnya di
bidang falak adalah Khulashah al-Jadawil li’Amali al-Ijtima’i wa
al-Istiqbali wa al-Khusuf sullamu an-Nayyirain fi-Ma;rifati al-Ijtima’i wa
al-Khusufain.
2.
Syekh Muhammad Muhadjirin
Amsar Ad-Dary
Dilahirkan di Kampung
Baru, sebuah daerah di pinggir kota Jakarta pada 10 November 1924 dan wafat
pada 31 Januari 2003. Prndidikannya diperoleh melalui jenjang formal dan non
formal. Jenjang formal diperoleh di Dar al-Ulum ad-Diniyah Mekah al-Mukarramah
dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1955.
Sumbangan pemikirannya
yang paling berharga adalah di bidang rukyat. Ia membuat teknologi dan tempat
rukyatul hilal sendiri unruk melihat penampakkan hilal (bulan sabit pertama)
sesaat setelah matahari terbenam sebagai tanda dimulainya hari pertama dari
bulan-bulan dalam kelender Hijriyah, khususnya untuk menentukan awal Ramadan,
Syawal dan Zulhijah.
Pelaksanaan rukyatul hilal
dengan alat buatannya dilakukan selam bertahun-tahun bertempat di Menara Masjid
al-Husna, Cakung, Jakarta Timur. Kini hasil rukyatul hilal dari Cakung
dijadikan sebagai salah satu sumber data dalam sidang isbat untuk menetapkan
awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Selain itu, Menara Masjid al-Husna, Cakung
diakui sebagai salah satu Pos Observasi Bulan (POB) di Indonesia.
3.
Syekh Muhammad Mukhtar bin
‘Atharid
Salah seorang ulama falak,
nama lenkapnya Syekh Muhammad
Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi, dilahirkan di Bogor pada hari
Kamis 14 Syakban 1278 H/ 14 Februari 1862 M dan meninggal dunia pada hari Ahad
17 Safar 1349 H / 13 Juli 1930 M di Mekkah.
Adapun guru-gurunya
dibidang falak ialah Sayyid Utsman dan Syekh Ahmad al-fathani. Salah satu
karyanya di bidang falak adalah Taqribu al-Maqshud fi al-‘Amali bi Rub’i
al-Mujayyab.
4. K.H. Banadji Aqil
Lahir di Indramayu pada 17 Februari 1922/1341 H, adalah mantan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Raya. Jabatan sebelumnya kepala Seksi Hisab dan Rukyat Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama sejak 1957 M/1377 H sampai dengan 1979 M/1400 H.
Sebagai Seksi Hisab dan Rukyat, kegiatannya banyak dicurahkan kepada masalah-masalah yang erat kaitannya dengan hal tersebut antara lain merancang dan menyelenggarakan musyawarah-musyawarah yang bertaraf nasional atau internasional, dan yang lebih penting lagi sebagai konseptor SK Menteri Agama tentang penentuan Hari-hari Libur Nasional yang sangat diperlukan oleh seluruh rakyat di Indonesia.
Memperoleh pengetahuan hisab dan rukyat dari pesanteren Tebuireng Jombang selama 9 tahu dan Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta selam 1 tahun. Karyanya dibidang falak yang telah diterbitkan yaitu Kalender Urfi Tahun 0 s.d 12000 M/ 0 s.d 12400 H.
5. K.H. Ma’shum bin Ali
Lahir di Cirebon Jawa Barat. Dia merupakan putera dari K.H. Ali salah seorang pengasuh pondok desa. Ma’sum bin Ali mempunyai adik yang tak kalah populer dalam kualitas keilmuannya walaupun dalam spesialisasi yang berbeda yaitu, K.H. Adlan Ali pendiri dan pengasuh pondok Pesantern Walisongo Cukir Jombang.
Ma’sum bin Ali banyak menimba ilmu dari K.H. Hasyim Asy’ari selama bertahun-tahun di pondok pesantren tebuireng Jombang. Ketekunannya dalam belajar membuahkan hasil optimal dengan diangkatnya dia menjadi lurah pondok. Kepintaran dan kecemerlangannya dalam berfikir dan mengaji terutama disiplin ilmu falak menarik simpati K.H. Hasyim Asy’ari untuk mengankatnya menjadi salah seorang menantu yang dikawinkannya dengan puterinya Siti Khodijah.
Pergulatan dan konsentrasinya dalam menekuni bidang ilmu falak dengan tidak mengabaikan disiplin lainnya ternyata membuahkan hasil. Karya monumentalnya dalam bidang ilmu falak adalah: Durusul Falakiyah dan Badi’atul Mitsal.
6.
K.H. Turoihan Ajhuri
Asy-Syarofi
Sosok ulama karismatik yang ahli ilmu falak. Lahir di
Kudus pada 15 Maret 1915 M / 1334 H dan meninggal pada hari Jum’at, 20 Agustus
1999 M bertepatan dengan 8 Rabiul Akhir 1420 H.
Ketekunannya terhadap ilmu
falak muncul sejak kecil hingga dewasa. Reputasinya sebagai fakar falak sudah
terdengar sejak zaman Jepang. Ia sering diminta menghitung jatuhnya hari awal
dan akhir bulan Ramadan. Maka ia terdorong untuk menyusun al-manak 1945 M /
1364 H yang kemudian dicetak Penerbit Menara Kudus. Sejak itulah kalender
buatannya disebut dengan Almanak Menara Kudus (AMK).
7. K.H. Rif’an
Ahli falak dan penggagas rubu’ mujayyab di Indonesia, dilahirkan di Kudus 12 Mei 1909 M / 1327 H dan meninggal dunia pada hari senin Legi 27 September 1982 M / 9 Zulhijjah 1402 H.
Pendidikannnya diperoleh di Taswikut Tullab Salafiyah Kudus. Kyai Rif’an selain ahli falak, dikenal juga ahli matematika. Kegiatan sehari-hari adalah pengasuh pondok Pesantren Raudlatul Mutaalim Jagalan, Langgar Dalem Kudus.
Menurut penuturan salah satu puterinya Hj. Hurriyati, Kyai Rif’an pernah menulis buku Ilmu Falak, namun karya tersebut kini tidak ditemukan karena dipinjam dan belum dikembalikan oleh teman Kyai Rif’an
8. K.H. Abdul Jalil
Nama lengkapnya adalah Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid, lahir pada 12 Juli 1905/1323 H di Bulumanis Kidul Margoyoso Tayu Pati Jawa Tengah. Nama orang tuanya adalah K.H. Abdul Hamid dan Syamsiyah. Pendidikan yang ditempuh K.H. Abdul Jalil adalah belajar di pondok pesantren Jamsaren Solo di bawah asuhan K.H. Idris pada 1919-1920 M/1338-1339 H, setelah itu melanjutkan ke pondok Termas Pacitan Jawa Timur yang diasuh oleh K.H. Dimyati.
Pada 1921-1924 M/1340-1343 H belajar di pondok pesanteren Kasingan Rembang diasuh oleh K.H. Khalil. Pada 1924-1926 M/1343-1345 H beliau belajar di Mekkah Saudi Arabia. Sepulang dari Mekkah beliau belajar di pondok pesanteren Tebuireng Jombang Jawa Timur diasuh K.H. Hasyim Asy’ari selama satu tahun, setelah itu kembali lagi ke Mekkah sampai tahun 1930 M/1349 H.
Aktifitas K.H. Abdul Jalil adalah pernah menjadi ketua Pengadilan Agama kabupaten Kudus, Pembantu Khusus Perdana Menteri RI di Jakarta, Anggota DPR / MPR pusat wakil Alim Ulama Fraksi NU, Ketua Lajnah Falakiyah PBNU merangkap anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI, dan penyusun tetap penanggalan/almanak NU.
Adapun karya tulisnya yang berkaitan dengan ilmu falak diantaranya adalah Fathur Rauful Mannan dan Jadwal Rubu’.
9. K.H. Salamun Ibrahim
Lahir di Panciran Lamongan pada 3 Mei 1921 M / 1340 H dan meninggal dunia pada hari Rabu Wage, 15 Juni 2005. Pendidikannya di SR Paciran pada 1928 M/1347 H dan tampat pada tahun 1933 M/ 1352 H. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Tarbiyatut Thalabah Kranji Paciran Lamongan.
Setelah dua tahun menimba ilmu di Pondok pesantren Kranji, Salamun kemudian melanjutkan dan menimba ilmu di pondok pesantren Tebuireng Jombang selama tiga tahun.
Selama di pondok Tebuireng ia berguru langsung dengan ahli falak terkemuka yaitu K.H. Mahfudz Anwar. Menurut pengakuannya sendiri yang banyak memengaruhi pola pikirnya adalah K.H. Mahfudz Anwar. Setelah itu, ia melanjutkan ke pondok Mathaliul Falah Kayen Juwono (kini diasuh oleh K.H. Sahal Mahfudz). Karena merasa kurang puas dengan apa yang dimilikinya ia hijrah ke Sidayu Gresik untuk memperdalam al-Qur’an.
Adapun karya-karyanya yang berkaitan dengan ilmu falak diantaranya: Ilmu Falak dan Almanak Masehi-Hijri 1945-2010 M/ 1364-1426 H.
10.
K.H. Zubair
K.H. Zubair, yang mempunyai nama lengkap K.H. Zubair Umar
Al-Jailaniy, menurut hasil penelitian K.H. Ahmad Izzuddinm M.Ag (2002: 58-61)
belaiu (K.H. Zubair) adalah seorang
Ulama' juga akademisi yang terkenal sebagai pakar ilmu falak dengan karya
monumentalnya kitab "Al-Khulashah al-Wafiyah, beliau lahir di
Pandangan kecamatan Pandangan Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, 16 September
1908 M.(Rabu Paing, bertepatan 19 Sya'ban 1326 H/1838 Jawa).
Dunia pendidikan yang beliau tempuh hampir seluruhnya
dalam pendidikan tradisional yakni madrasah dan pondok pesantren, termasuk
mukim untuk menuntut ilmu di Makkah al-Mukaramah pada waktu menjalankan ibadah
haji di tanah suci. Sebagaimana kondisi social realistis di abad tersebut bahwa
pesantren masih merupakan satu-satunya lembaga pendidikan untuk tingkat lanjut
yang tersedia bagi penduduk pribumi di pedesaan, sehingga dapat diasumsikan
sangat berperan dalam mendidik para elit pada masanya. Pendidikan beliau
dimulai dari madrasah Ulum tahun 1916-1921, pondok pesantren Termas Pacitan
Jawa Timur tahun 1921-1925, peondok pesantren Simbang Kulon Pekalongan Jawa
Tengah tahun 1925-1926, pondok pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur tahun
1926-1929. Kemudian tahun 1930-1935 beliau menjalankan ibadah haji yang
dilanjutkan dengan thalab al-ilmi di Makkaah selama lima tahun.
Dalam rihlah ilmiah K.H. Zubair Umar Al-Jailaniy tidak hanya menuntut ilmu (ifadah) tetapi
juga mengajarkan ilmunya (istifadah) sebagaimana ketika berada di pondok
pesantren KH. Hasyim Asy'ari, beliau mengabdikan diri dengan menjadi guru
Madrasah Salafiyah Tebu Ireng Jombang, bahkan beliau pernah menjabat Rektor
IAIN Walisongo Semarang dengan Surat Keputusan tertanggal 5 Mei 1971. di
samping itu beliau juga pernah memimpin Pondok Pesantren al-Ma'had al-Diiniy
Reksosari Suruh Salatiga pada tahun 1935-1945, mendirikan pondok pesantren Luhur
yang merupakan cikal bakal IKIP NU yang akhirnya menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo cabang Salatiga dan sekarang menjadi STAIN Salatiga. Dan juga
mendirikan Pondok Pesantren Joko Tingkir pada tahun 1977 yang sekarang tinggal
petilasannya.
Murid-muridnya antara lain: Kyai Musyafak (Salatiga Jawa
Tengah), Kyai Subkhi (Jawa Timur), Hamid Nawawi (Bulu Manis, Pati, Jawa
Tengah), Slamet Hambali (Dosen IAIN Walisongo Semarang), dan Drs Habib Thoha,
M.A. (mantan Kakanwil Depag Jawa Tengah). Slamet Hambali adalah salah satu di
antara murid beliau yang meneruskan ilmu falak. Beliau wafat di Salatiga pada
tanggal 10 Desember 1990 M atau 24 Jumadil-ula 1411 H.
11. K.H. Ahmad Affandi
Dilahirkan di dusun Babat desa Randupitu kecamatan Gempol Pasuruan Jawa Timur pada tahun 1938 M / 1357 H dan meninggal pada 1990 / 1411 H. Pendidikannya diperoleh di pesantren. Selama dua puluh lima tahun ia menimba ilmu di sepuluh pesantern yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gurunya yang banyak memengaruhi dalam bidang ilmu falak adalah K.H. Abdul Hamid Pasuruan.
Dalam bidang falak, K.H. Ahmad Affandi lebih banyak terjun ke lapangan praktis. Ia banyak diminta untuk mengukur arah kiblat dan menyusun kalender Nahdlatul Ulama di Pasuruan. Karya monumentalnya dalam bidang falak masih tertulis tangan dan belum diterbitkan.
12. K.H Ahmad Dahlan
Nama kecilnya
Muhammad Darwis (ada literatur yang menulis Darwisy), dilahirkan di Kampung
Kauman Yogyakarta pada tahun 1868 Masehi bertepatan dengan tahun 1285 Hijriyah
dan meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 1923 M/ 7 Rajab 1342 H, jenazahnya
dimakamkan di Karangkajen Yogyakarta.
Dalam bidang
ilmu Falak ia merupakan salah satu pembaharu, yang meluruskan Arah Kiblat
Masjid Agung Yogyakarta pada tahun 1897 M/1315 H. Pada saat itu masjid Agung
dan masjid-masjid lainnya, letaknya ke barat lurus, tidak tepat menuju arah
kiblat yang 24 derajat arah Barat Laut.
Sebagai ulama
yang menimba ilmu bertahun-tahun di Mekah, Dahlan mengemban amanat membenarkan
setiap kekeliruan, mencerdaskan setiap kebodohan. Dengan berbekal pengetahuan
ilmu Falak atau ilmu Hisab yang dipelajari melalui K.H. Dahlan (Semarang), Kyai
Termas (Jawa Timur), Kyai Shaleh Darat (Semarang), Syekh Muhammad Jamil Jambek,
dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Dahlan menghitung kepersisan arah kiblat
pada setiap masjid yang melenceng.
Setelah
"tragedi kiblat" di Masjid Agung, ia pun mendirikan organisasi
Muhammadiyah. Melalui organisasi Muhammadiyah ia mendobrak kekakuan tradisi
yang memasung pemikiran Islam. Di awal kiprahnya, ia kerap mendapat rintangan,
bahkan dicap hendak mendirikan agama baru. Namun keteguhan sikapnya menyebabkan
ia dicatat sebagai pelopor pembetulan arah kiblat dari semua surau dan masjid
di Indonesia.
Tak cuma itu
reputasi yang ditorehkannya. Berdasarkan pengetahuan ilmu Falak dan Hisab yang
dimilikinya, Dahlan melalui Muhammadiyah, mendasarkan awal puasa dan Syawal
dengan Hisab (perhitungan).
13.
K.H Ahmad
Badawi
Ahli Falak
yang menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1962-1965 M/1382-1385 H dan
1965-1968 M/1385-1388 H. Lahir pada tanggal 5 Februari 1902 M/ 1320 H di
Kampung Kauman Yogyakarta dan meninggal dunia pada hari Jum'at 25 April 1969
M/8 Safar 1389 H pukul 09.25 WIB di PKU Yogyakarta, putra K.H. Ahmad Faqih dan
Hj. Habibah (adik K.H. Ahmad Dahlan).
Semasa kecil,
ia belajar di Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Islamiyyah yang didirikan dan diasuh
langsung oleh K.H. Ahmad Dahlan. Setelah itu ia melanjutkan belajar di berbagai
pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena ketekunan dan rajin belajar,
K.H. Ahmad Badawi terkenal sebagai ahli fikih, ahli hadis, dan ahli falak.
Semua karyanya ditulis dengan tangan dalam huruf arab maupun latin dengan rapi.
Karyanya yang
berkaitan dengan ilmu falak adalah Djadwal Waktu Sholat se-lama2nja, Tjara
Menghitoeng Hisab Haqiqi Tahoen 1361 H, Hisab Haqiqi, dan Gerhana Bulan. Negara
Islam yang pernah dikunjungi diantaranya : Pakistan, Irak, Kuwait, Teheran,
Saudi Arabia, Beirut, dan Jordan.
14.
K.R.T. Wardan
Diponingrat
Ahli falak,
nama kecilnya adalah Muhammad Wardan, dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1911 M
bertepatan dengan tanggal 20 Jumadal Ula 1329 H di Kauman, Yogyakarta dan
meninggal dunia pada tanggal 3 Februari 1991 M/ 19 Rajab 1411 H. Ayahnya, yaitu
kyai Muhammad Sangidu seorang penghulu keraton Yogyakarta dengan gelar Kanjeng
Penghulu Kyai Muhammad Kamaludiningrat sejak 1913 M/1332 H sampai 1940 M/1359
H.
Pendidikan
dasarnya diperoleh di Sekolah Keputran (sekolah khusus untuk para keluarga
keraton) dan Standard Schoel Moehammadijah di Suronatan (lulus tahun 1924
M/1343 H). Kemudian melanjutkan ke Madrasah Muallimin sampai lulus pada tahun
1930 M/1349 H. Satu tahun sesudah itu Muhammad Wardan sebenarnya berkeinginan
belajar ke tanah Arab, tapi karena kendala biaya tidak dapat memenuhi
cita-citanya tersebut, akhirnya ia melanjutkan ke Pondok Jamsaren Solo. Selain
nyantri ia juga mengikuti kursus Bahasa Belanda di Sekolah Nederland Verbond
dan les privat bahasa Inggris. Setelah mendapatkan berbagai ilmu, Muhammad Wardan
berusaha mengamalkan dan mengajarkannya.
Pada tahun
1934 M/1353 H sampai 1936 M/1355 H, dia menjadi guru Madrasah Al-Falah
Yogyakarta, kemudian pada tahun 1936-1945 M/1355-1365 H menjadi guru di Sekolah
Muballighin Muhammadiyah Yogyakarta. Memasuki masa perjuangan fisik, aktivitas
Muhammad Wardan di bidang pendidikan terhenti dan ia melibatkan diri di dalam
Angkatan Perang Sabil (APS) dan ia dipercaya sebagai anggota bidang markas
ulama. Setelah perjuangan fisik mereda dan Indonesia dapat mencapai kemerdekaan
secara penuh, pada tahun 1948-1962 M/1368-1381 H ia mengabdikan diri sebagai
guru di Madrasah Menengah Tinggi Yogyakarta dan pada tahun 1951-1952
M/1371-1372 H juga mengajar di Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) Negeri
Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun 1954-1956 M/1374-1376 H ia ditugaskan oleh
Departemen Agama RI untuk menjadi guru di Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri
Yogyakarta dan guru di Sekolah Persiapan PTAIN Yogyakarta. Sejak 1973 M/1393 H
sampai wafatnya ia diangkat sebagai anggota dewan kurator IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Kepiawaiannya di
bidang ilmu Falak, sejak tahun 1973 hingga wafatnya dipercaya sebagai anggota
Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI. Muhammad Wardan merupakan salah seorang
tokoh penggagas teori wujudul hilal yang hingga kini masih digunakan oleh
persyarikatan Muhammadiyah. Adapun karya-karyanya di bidang ilmu falak, yaitu
Umdatul Hasib, Persoalan Hisab dan Ru'jat Dalam Menentukan Permulaan Bulan,
Hisab dan Falak, dan Hisab Urfi dan Hakiki.
15. H.M Bidran Hadie
Ahli falak,
dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1925 M/1344 H, meninggal dunia pada
tanggal 28 Nopember 1994 M/ 25 Jumadal Akhir 1415 H, dan dimakamkan satu
komplek dengan K.H. Ahmad Dahlan di Pemakaman Karang Kajen Yogyakarta.
Pendidikannya
dimulai di SR, kemudian melanjutkan ke Madrasah Mu'allimin Yogyakarta. Setelah
itu ia melanjutkan kuliah di Universitas Islam Indonesia(UII) namun tidak
sampai tamat. Ia termasuk tokoh yang membidani lahirnya Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI). Bahkan menurut data sejarah ia termasuk pendiri Lembaga Astronomi
Himpunan Mahasiswa Islam (LAHMI).
Bidran Hadie
merupakan ahli falak yang berpenampilan sederhana namun keilmuannya dalam
bidang falak tidak diragukan. Berkat keilmuannya dalam bidang falak ia diberi
amanat menjadi anggota bagian Hisab Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah
dan anggota Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI mewakili Muhammadiyah.
16.
H. Abdur
Rachim
Ahli falak,
dilahirkan di Panarukan pada tanggal 3 Februari 1935 M/ 1354 H. Tamat Fakultas
Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada bulan April 1969 M/ Safar 1389 H,
sebagai sarjana teladan dan mendapatkan lencana "Widya Wisuda", dan
pada tahun 1982 M/1403 H, mengikuti Studi Purna Sarjana (SPS) dapat
menyelesaikannya sebagai peserta teladan.
Karirnya sebagai
pendidik dimulai sejak sebagai mahasiswa tingkat doktoral, dipercaya sebagai
asisten H. Saadoe'ddin Djambek dalam mata kuliyah ilmu falak mulai tahun 1965
M/1385 H, pada tahun 1972 M/1392 H diangkat sebagai dosen tetap dalam mata
kuliah tafsir, sesuai dengan jurusannya. Pada tahun yang sama diangkat sebagai
ketua Lembaga Hisab dan Ru'yah, dan pada tahun itu juga diangkat sebagai Ketua
Jurusan Tafsir Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pada tahun 1976
M/1396 H diangkat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademis Fakultas Syari'ah IAIN,
dan tahun 1981 M/1402 H diserahi tugas sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogayakarta. Disamping itu beliau juga
sebagai dosen, yang ikut membina mahasiswa di Fakultas UII, dalam mata kuliah
Ilmu Falak dan Ahkamul Qadla. Tugas ini dilakukan sejak tahun 1972 M/1392 H,
dan sejak tahun 1974 M/1394 H dipercaya sebagai anggota penyusun Al-Qur'an dan
Tafsir.
Karirnya
memperdalam Ilmu Falak menjadikan beliau diserahi tugas untuk melanjutkan tugas
gurunya H. Saadoe'ddin Djambek (setelah meninggal) sebagai Wakil Ketua Badan
Hisab Ru'yah Departemen Agama Pusat tahun 1978 M/1399 H, pada tahun itu juga
mewakili Pemerintah Indonesia menghadiri Konferensi Islam di Istambul.
Selanjutnya pada tahun 1981 M/1402 H sebagai delegasi Indonesia menghadiri
Konferensi Islam di Tunis. Kemudian atas kepercayaan Menteri Agama, beliau
diutus lagi menghadiri Konferensi Islam Internasional di Aljazair pada tahun
1982 M/1403 H. Guru-guru beliau yang memberi warna bagi kariernya ialah : Prof.
Dr.T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. H. Muhtar Yahya, H. Saadoe'ddin Djambek,
Sa'di Thalib dan Saleh Haedarah.
Sedangkan
karya-karya ilmiahnya yang berkaitan dengan ilmu Falak yang telah diterbitkan,
antara lain : Mengapa Bilangan Ramadlan 1389 H ditetapkan 30 Hari ? (1969
M/1389 H), Menghitung Permulaan Tahun Hidjrah (1970 M/1390 H), Ufuq Mar'i
sebagai Lingkaran Pemisah antara Terbit dan Terbenamnya Benda-benda Langit
(1970 M/1390 H), Ilmu Falak (1983 M/1404 H), dan Kalender Internasional.
17.
H. Basit Wahid
Salah seorang
tokoh Falak, lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 Desember 1925 M/1344 H.
Pendidikannnya dimulai di Sekolah Dasar Muhammadiyah, kemudian melanjutkan di
SLTP Muhammadiyah dan Muallimin. Setelah lulus dari Muallimin, ia melanjutkan
ke Universitas Gadjah Mada Fakultas Tehnik Jurusan Kimia.
Menurut
penuturannya, keahliannya dalam bidang ilmu Falak diperoleh dari guru-gurunya,
yaitu : K.H. Syamsun Jombang, K.H. Siraadj Dahlan (Putra Pendiri Muhammadiyah),
dan K.H. Muhammad Wardan Diponingrat. Menurutnya pula untuk menambah wawasannya
dalam bidang falak ia pernah mengunjungi Jerman, Nederland, Australia, dan
Malaysia.
Sebagai
seorang ahli falak, ia pernah diberi amanat menjadi Ketua Bagian Hisab Majelis
Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan wakil Muhammadiyah di Badan Hisab dan
Rukyat Departemen Agama Pusat.
Basit Wahid
termasuk ahli falak yang produktif dalam menuangkan gagasan-gagasannya tentang
hisab-rukyat melalui berbagai media massa, diantaranya : Serba-serbi Kalender
1995, Kalender Hijriah Tiada Mitos di dalamnya, Rukyat dengan Alat Canggih,
Memahami Hisab sebagai Alternatif Rukyat, Astronomi dan Astrologi, Waktu-waktu
Sholat dan Puasa di Pelbagai tempat di Permukaan Bumi, dan Penentuan Awal Bulan
Hijriah.
18.
Farid Ruskanda
Salah seorang
penggagas teleskop rukyat, dilahirkan di Bandung, 28 Maret 1948. S1 Teknik
Fisika ITB diselesaikannya tahun 1974, S2 dituntaskan di Reading Univesity
Inggris pada 1978. Pada 1988 ia mencapai gelar doktor dalam bidang ilmu
Pengetahuan Teknik pada ITB. Ia aktif menulis tentang Hisab Rukyat di berbagai
media.
Adapun
karya yang diterbitkan adalah: Iptek untuk Menjembatani Perbedaan Rukyah dan
Hisab (1993), Memahami Wajah Hilal (1995), Sistem Dua Tarikh dan
Perlunya Kesempatan Kalender Islam (1995),
Permasalahan Hisab Rukyah dan Memahami Kontroversi (1995), 100
Masalah Hisab dan Rukyat Tela’ah Syari’ah, Sains dan Teknologi (1996), Sekali
Lagi Tentang Teleskop Rukyah (1996), Bisakah Hisab Sepenuhnya Menggantikan
Rukyah (2002).
19.
Moedji raharto
Seorang astronom yang menaruh perhatiannya pada islamic
calendar, lahir di desa Ponggok, Blitar Jawa Timur pada hari senin, 8 November
1954 M / 13 Rabi’ul Tsani 1374 H.
Mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD GIKI Diponegoro
Surabaya, tahun 1960-1966 M/ 1380-1386 H. Kemudian melanjutkan di SMPN X
Surabaya 1966-1969, lalu SMAN 3 Surabaya 1969-1972, pendidikan tingginya
diperoleh di Departemen Astronomi FMIPA ITB, tahun 1974-1980. Kemudian bekerja
sebagai dosen di Departemen Astronomi FMIPA ITB sejak tahun 1981-sekarang.
Berbagai karya tulis yang berkaitan dengan kalender Islam
yaitu: Posisi dan Visibilitas Hilal Penentu 1 Ramadan dan 1 Syawal 1415 H,
Sumber Keagamaan Penanggalan Islam, Idul Fitri 1415 H dan Ilmu
Astronomi, Menertibkan Kalender Islam Internasional, Dibalik
Persoalan Awal Bulan Islam, dan Realisasi Visibilitas Hilal.
20.
Muhyiddin
Khozin
Muhyiddin Khozin, lahir di Salatiga pada tanggal 19
Agustus 1956. menyelesaikan Sekolah Dasar hingga Tsanawiyah di Salatiga, kemudian melanjutkan
jejang Aliyah di Tebu Ireng Jombang. Setamat dari Jombang, Beliau melanjutkan
ke IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan lulus pada tahun 1985 dan menjadi dosen
di perguruan tinggi yang sama.
Dalam hal ilmu falak, eksistensinya telah dikenal luas
oleh berbagai kalangan terbukti dengan banyaknya lembaga yang memanfaatkan
keahliannya tersebut. Tercatat sebagai anggota Lajnah Falakiyah PBNU dan
sekaligus Penasehat untuk Lajnah Falakiyah PWNU DIY. Beliau sering mengisi
seminar-seminar dan pelatihan Hisab Rukyat untuk tingkat regional dan nasional.
Saat ini beliau duduk sebagai subdit Hisab dan Rukyat
Departemen Agama Pusat di Jakrta. Buku-buku karangannya yang diterbitkan antara
lain: Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek (Buana Pustaka, 2005) dan Kamus
Ilmu Falak (Buana Pustaka, 2005).
21.
Oman Faturohman
SW
Oman Faturohman SW, dilahirkan di Ciamis 2 Maret 1957.
menempuh pendidikan formal di SDN Gunung Cupu II lulus tahun 1970, PGA pertama
4 tahun di Sindangkasih lulus tahun 1974, lalu PGAN 6 tahun Ciamis lulus tahun
1976. fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lulus sarjana muda tahun
1981 dan lulus sarjana lengkap dari Fakultas yang sama tahun 1984.
menyelesaikan program S-2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lulus
tahun 1999, sekarang sedang menempuh S-3 di Universitas yang sama.
Tugas pokok sehari-hari adalah dosen tetap Fakultas
Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sejak 1985. disamping itu, sebagai dosen
luar biasa pada FIA Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fakultas Hukum UII,
dosen pada Program Magister Studi Islam UMY Yogyakarta dan dosen pada UMS
Surakarta Program Khusus.
Selain dosen, aktif juga sebagai anggota Badan Hisab dan
Rukyat Departemen Agama Pusat, sedangkan Badan Hisab dan Rukyat Departemen
Agama Kanwil Depag Propinsi DIY menjabat sebagai Koordinator Tim Ahli. Sejak
2001 mendapat tugas tambahan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Kepala
Pusat UPT Pusat Komputer.
22.
Susiknan Azhari
Susiknan Azhari, lahir di Blimbing Lamongan, 11 Juni 1968
M / 15 Rabi’ul Awal 1388 H, adalah staf Pengajar Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Gelar sarjana (1992) diperoleh dari Fakultas yang sama.
Menyelesaikan program S-2 di pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1997)
dan menyelesaikan program Doktor ditempat yang sama (2007). Setelah muktamar
Muhammadiyah ke-44 di Jakarta diberi amanat menjadi wakil sekretaris Majlis
Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah
(2000-2005). Pernah mengkuti pelaiha Hisab Rukyat tingkat ASEAN (MABIMS) di ITB
dan Malaysia. Melakukan penelitian tentang penentuan awal bulan kamariah di
Saudi Arabia dan Mesir.
Selain menekuni pekerjaan sebagai dosen, Beliau kini
duduk sebagai Direktur Pusat Studi Falak PP. Muhammadiyah, pengelola Journal of
Islamic Studies “al-Jami’ah” dan Jurnal Tarjih. Tulisan-tulisannya telah dipublikasikan
di berbagai media massa dan jurnal, di antaranya Sriwijaya Post, Bali Post,
Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Muhammadiyah, Jurnal Mimbar Hukum
(Jakarta), al-Jami’ah (Yogyakarta), Profetika (Solo), Ihya
Ulumuddin (Malang). Buku-buku yang telah diterbitkan adalah Ilmu Falak
Teori dan Praktek (Lazuardi 2002 dan Suara Muhammadiyah 2004), Pembaharuan
Pemikiran Hisab di Indonesia
(Pustaka Pelajar, 2002) Antologi Studi Islam (editor), Pemikiran
Islam Kontemporer (kontributor), Manaj Tarjih Muhammadiyah (editor),
Ensiklopedi Hisab Rukyat (Pustaka Pelajar, 2005 dan 2008), dan Hisab
& Rukyat: Wacana Untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Peradaban
(Putaka pelajar, 2007).
23.
Thomas
Djamaluddin
Lahir di Purwokerto, 23 Januari 1962. Pendidikan
dasarnya dimulai di SD Negeri Kejaksan 1, SMP Negeri 1, dan SMA Negeri 2
Cirebon. Pada 1981 diterima tanpa test di ITB melalui PP II, sejenis PMDK pada
jurusan Astronomi.
Lulus dari ITB (1986) kemudian masuk LAPAN
(Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Bandung menjadi peneliti
antariksa. Dan tahun 1988 – 1994 mendapat kesempatan tugas belajar program S2
dan S3 ke Jepang di Department of Astronomy, Kyoto University, dengan beasiswa
Monbusho.
Saat ini bekerja di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional) Bandung sebagai Peneliti Utama IVe (Profesor Riset)
Astronomi dan Astrofisika. Sebelumnya pernah menjadi Kepala Unit Komputer Induk
LAPAN Bandung, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa, dan Kepala Pusat
Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN. Juga mengajar di Program Magister
dan Doktor Ilmu Falak di IAIN Walisongo Semarang.
Adapun karya tulis yang berkaitan dengan hisab rukyat
adalah: Globalisasi Rukyah tak sederhana, Prakiraan Ru’yatul Hilal Awal Ramadan
dan Syawal, aspek Astronomi dalam kesatuan Umat, Menyatukan dua Idul Fitri,
Sifat Ijtihadiyah Penentuan Awal Ramadan dan hari raya, Pengertian dan
Perbandingan Mazhab tentang Hisab Rukyat dan Mathla’ (Kritik terhadap Teori
Wujudul hlal dan Mathla’ Wilayatul Hukmi) dan Menggagas Fiqih Astronomi
(Kaki Langit, 2005)
24.
Bambang Hidayat
Seorang astronom yang
menaruh perhatian dalam bidang hisab rukyat, dilahirkan di Kudus, Jawa Tengah
pada 18 September 1939. Pendidikan menengah dilaluinya di SMP II Semarang, dan
SMA Bag. B Semarang. Bambang masuk FMIPA (waktu itu masih merupakan bagian dari
UI) di Bandung tahun 1953.
Pada 1954 Bambang diangkat
menjadi asisten pengamatan bintang ganda visual menggunakan teropong Zeiss
Besar, di Observatorium Bosscha Lembang diawali dengan mengamati oposisi planet
Mars yang mendekati Bumi kala itu.
Akhir tahun 1960 ia tamat
dari ITB dalam bidang astronomi, fisika dan matematika. Pada 1961, Bambang
mendapat kesempatan studi lanjut. Melalui hibah dari USAID, Bambang memulai
studi pascasarjananya di Case Institute of Technology, sekarang dikenal sebagai
Case Western Reserve University di Cleveland, Oiho, Amerika Serikat.
Pada 1968 Bambang diberi
kehormatan untuk memimpin observatorium dan Departemen astronomi ITB
menggantikan Prof. Dr. The Pik Sin yang pindah ke Universiteit van Amsterdam.
Pada 1973 diangkat menjadi
anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI. Pada akhir 1976, Bambang
diangkat menjadi guru besar penuh ITB dalam bidang astronomi. Tulisannya
dibidang falak yaitu Astronomi dan Penentuan Waktu.
25.
Ahmad Izuddin
Lahir pada
tanggal 12 Mei 1972 di Jekulo Kauman, Kudus. Pendidikan S1 diselesaikan di
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang dan menyelesaikan program S2 pada
tahun 2001 di program pascasarjana Institut yang sama. Tugas pokok sehari-hari
beliau adalah staf pengajar di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
Adapun karya tulisnya yang berkaitan dengan Hisab-Rukyat di antaranya adalah: Zubaer
Umar al-Jaelani dalam Sejarah Hisab Rukyat di Indonesia, Fiqih Hisab Rukyat di
Indonesia (Erlangga, 2007), Awal Ramadan 1418 H dan Validitas Ilmu
Hisab, Idul Fitri antara Hisab dan Rukyah, Awal dan Akhir Ramadan yang
Kompromistis, dan Menghisabkan NU dan Merukyahkan Muhammadiyah.
26.
Hendro Setyanto
Dilahirkan di
kota semarang pada tanggal 1 Oktober 1973. Selepas menempuh pendidikan menengah
pertama di SMP Badan Wakaf melanjutkan belajar di Madrasah Aliyah Tebuireng
Jombang. Setamat dari Madrasah Aliyah Tebuireng melanjutkan belajarnya di
jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung hingga jenjang pendidikan S2.
Saat ini
bekerja di Observatorium Bosscha-FMIPA ITB sebagai koordinator kunjungan
publik, disamping itu, bersama beberapa rekan membuat sebuah wadah aktivitas
yang diberi nama NAJMAHOUSE.
Aktivitasnya di
bidang Ilmu Falak diawali sejak masih duduk dibangku Mahasiswa dengan
mendirikan sebuah Forum Kajian Ilmu Falak ‘’ZENITH’’ bersama teman-teman
mahasiswa di jurusan Astronomi ITB. Berbagai seminar dan diskusi berkenaan
dengan astronomi dan ilmu falak telah diikuti. Sejak tahun 2006 bergabung
dengan Lajnah Falakiyah NU di biro penelitian dan pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Almanak Hisab Rukyat Badan Hisab & Rukyat
Dep. Agama, Proyek Pembinaan Badan
Peradilan Agama Islam, t.t.
Azhari Susiknan,
Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. ke-II, 2008
--------------------,
Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia: Studi atas Pemikiran Sa’aduddin
Djambek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
--------------------, Hisab & Rukyat wacana untuk membangun kebersamaan
di tengah perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
---------------------, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains
Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.
---------------------, Ilmu Falak Teori dan
Praktek, Yogyakarta: Lazuardi, 2001.
Djamaluddin Thomas,
Menjelajah Keluasan Langit Menembus Kedalaman Al-Qur’an, Khazanah
Intelektual, 2006.
---------------------,
Menggagas Fiqih Astronomi, Penerbit: Kaki Langit.
Ibrahim
Salamun, Ilmu Falak; Cara Mengetahui Awal Bulan, Awal Tahun, Musim, Kiblat
dan Perbedaan Waktu, Surabaya: Pustaka Progressif, 1995
Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyat; Menyatukan
NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha,
Jakarta: Erlangga, 2007.
Khazin,
Muhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2005.
------------------------, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2005.
K.R.
Wardan, Muhammad. Kitab Ilmu Falak dan Hisab, Cet.I, t.p. Yogyakarta
1957.
Nawawi,
Abd. Salam, Rukyat Hisab di Kalangan NU Muhammadiysh; Meredam Konflik dalam
Menetapkan Hilal, Surabaya: diantama, 2004.
--------------------,
Tradisi Fikih Nahdlatul Ulama (NU); Analisis Terhadap Konstruksi Elit NU
Jawa Timur Tentang Penentuan Awal Bulan Islam, Ringkasan Disertasi: Program
Pascasarjana IAIN Surabaya, 2008.
Ruskandah,
Farid dkk.Rukyah Dengan Teknologi, Upaya Mencari Kesamaan Pandangan Tentang
Penentuan Awal Ramadan dan Syawal, Jakarta: Gema Insani Press, 1994.
---------------------.
100 Masalah Hisab Rukyat; Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta:
Gema Insani Press, 1996.
Setyanto Hendro,
Membaca Langit, Jakarta: al-Ghuraba, 2008.
Wardan,
Muhammad, Hisab ‘Urfi dan Hakiki, Yogyakarta: tp. tt.
--------------------,
Kitab Ilmu Falak dan Hisab, Yogyakarta: Toko Pandu, 1957.
0 komentar:
Posting Komentar