This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 04 Juli 2012

GERHANA : ANTARA MITOS DAN LOGOS

Saat terjadi gerhana bulan sebagian pada 4 Juni 2012 animo masyarakat Indonesia cukup tinggi untuk mengamati peristiwa natural yang sangat menarik tersebut. Masa silam gerhana merupakan fenomena alam yang sangat ditakuti oleh masyarakat setempat. Bahkan masyarakat menganggap terjadinya gerhana sering dinisbatkan pada malapetaka yang akut. Hal ini dapat dilihat dari penamaan gerhana dengan kata eclipse (gerhana) yang berasal dari bahasa Yunani ekleipsis (peninggalan) yang menunjukkan betapa masyarakat zaman dahulu fobia terhadap hilangnya matahari ataupun bulan dari pandangan mata yang berpotensi pada gelapnya jagat raya.
Jika menelisik peradaban suku Arab Quraisy, terjadinya fenomena gerhana selalu dikaitkan dengan kejadian mistik seperti adanya kematian atau kelahiran seseorang. Kepercayaan ini diadopsi secara turun temurun hingga menjadi keyakinan umum masyarakat setempat. Di zaman Rasulullah misalnya, pernah terjadi gerhana matahari yang bersamaan dengan kematian putra Rasul SAW yang bernama Ibrahim. Masyarakat pada saat itu menganggap terjadinya gerhana karena kematian putra Nabi tersebut.
Mitologi gerhana berkembang di berbagai negara, di China orang percaya bahwa seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Itu sebabnya orang Cina menyebut gerhana sebagai “chih” yang artinya memakan. Sampai abad ke 19 mereka biasanya membunyikan petasan untuk menakut-nakuti sang naga. Masyarakat di India juga percaya bahwa seekor naga lah yang membuat gerhana. Mereka lalu menyembah sang naga dengan berendam sampai sebatas leher. Sementara di Jepang, orang percaya bahwa waktu gerhana ada racun yang disebarkan ke bumi. Dan untuk menghindari air di bumi yang terkontaminasi racun, mereka menutupi sumur-sumur mereka. Lalu, Kaisar Louis dari Perancis wafat setelah mengamati gerhana tahun 840. Konon Kaisar mengalami kegelapan selama 5 menit dan meninggal karena bingung dan begitu ketakutan. Di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa menganggap bahwa Batara Kala alias raksasa jahat memakan bulan atau matahari. Maka masyarakat Jawa khususnya anak-anak ramai memukul kentongan pada saat gerhana untuk menakut-nakuti dan mengusir Batara Kala. Hingga saat ini, fenomena gerhana masih kental dengan prosesi klenik yang berpotensi syirik massal.
Rekaman peristiwa gerhana menjadi suatu dokumen yang berguna untuk mengetahui kejadian penting di sekitar peristiwa gerhana seperti rekam sejarah dan peristiwa kematian putra Nabi (Ibrahim). Dengan mengetahui peristiwa gerhana tersebut dapat menetukan sekaligus koreksi atau konfirmasi terhadap berbagai laporan tentang suatu peristiwa. Interpretasi hasil pengamatan zaman dahulu yang sarat dengan unsur klenik dan takhayul terbantahkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Saat ini fenomena gerhana tidak lagi ditakuti manusia, bahkan sebaliknya fenomena ini dapat dijadikan suatu peristiwa maha karya yang menakjubkan. Bahkan fenomena gerhana dapat dijelaskan secara logis dan empirik dengan pendekatan astronomi modern.
Secara astronomi gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Saat itu bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Gerhana bulan total terjadi apabila bulan tepat berada pada daerah umbra (bayangan inti yang berada di bagian tengah sangat gelap pada saat terjadi gerhana bulan). Gerhana bulan sebagian terjadi apabila seluruh bagian bulan tidak terhalang dari matahari oleh bumi. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra (bayangan kabur yang terjadi pada saat gerhana bulan) masih terdapat sebagian sinar matahari yang sampai ke permukaan bulan. Sedangkan gerhana bulan penumbra dimana seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra, sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.
Fenomena gerhana bulan yang kerap terjadi secara bertahap dapat menyadarkan masyarakat bahwa di balik peristiwa itu kehadiran prima causa tidak dapat diabaikan. Prima causa di sini adalah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu dengan mudah terjadi di alam semesta ini. Karena itu, kehidupan manusia dan alam sekitarnya tidak lepas dari campur tangan-Nya. Meskipun manusia dan teknologinya mampu menjawab sejumlah rahasia alam, tetapi manusia tidak bisa menegasikan kehadiran Tuhan dalam ciptaan-Nya.
Pesan teks dari peristwa gerhana yang dapat dibaca pada alam menunjukkan bahwa peristiwa gerhana matahari ataupun bulan bukan terjadi karena kematian dan kehidupan seseorang bahkan sangat tidak dianjurkan untuk menghubungkan dengan prosesi-prosesi klenik. Melalui ayat-ayat gerhana Tuhan ingin menunjukkan kuasa-Nya lewat media vital bagi keberlangsungan manusia yang dapat menyinari dikala siang-malam yakni matahari dan bulan. Pada hakikatnya gerhana merupakan siklus alam yang dapat dijelaskan secara gamblang melalui ilmu pengetahuan. Gerhana yang diobservasi manusia sejak ribuan tahun silam memberikan isyarat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Pesan moril yang dapat dibaca dari ayat-ayat gerhana hendaknya tidak membuat manusia menjadi arogan atas keberhasilan yang dicapai dan membinasakan sesama manusia serta makhluk lainnya. Di sinilah pentingnya peranan rasa spiritual bahwa sinergi agama dan ilmu pengetahuan harus dijaga dan dikembangkan, karena dialog antara ilmu dan agama adalah hal yang tidak bertentangan. (Sakirman)

Rabu, 11 Januari 2012

KH. AHMAD DAHLAN DAN GERAKAN PELURUSAN ARAH KIBLAT (Analisis Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo)

 Oleh: Syakirman
Abstrak
Ide awal tulisan ini bermula dari tayangan film sang pencerah yang disutradarai oleh Hanug Bramantyo. Terdapat sepenggal cerita yang menjadi kontroversi dalam film tersebut yaitu tentang problematika pelurusan arah kiblat masjid Kauman Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan yang diperankan oleh Lukman Sardi berusaha dengan elegan memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa masjid Kauman Yogyakarta tidak tepat mengarah ke posisi kakbah.
 Pesan singkat yang disampaikan dalam film sang pencerah terkait dengan arah kiblat, sebagaimana yang dituturkan Hanung Bramantyo, arah kiblat adalah suatu hal yang sakral tapi lentur sifatnya. KH Ahmad Dahlan  memberikan contoh bahwa Islam itu sebetulnya tidak kaku melainkan lentur. Dengan syarat, tetap memegang teguh nilai yang berlaku. Karena jauh lebih penting adalah urusan ibadah dengan sang pencipta. pelaksanaan prinsip, nilai, anjuran agama yang telah digariskan arah kiblat tetap menjadi penting.
Atas dasar itu, KH Ahmad Dahlan melakukan gerakan pemurnian, yang salah satunya berupa upaya meluruskan arah kiblat umat Islam Indonesia. Kala itu umat Islam Indonesia merasa cukup menghadap ke barat saja, tanpa mempertimbangkan sesuai tidaknya dengan arah kiblat.

A. Sekapur Sirih

1. Sketsa Biografi KH. Ahmad Dahlan (1968 - 1923)

KH. Ahmad Dahlan adalah seorang Pahlawan Nasional. Merupakan putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta.
a. Seting Keluarga dan Pendidikan
Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991).
Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH. Abu Bakar bin KH. Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana 'Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).
Pada umur 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, beliau berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, K. H. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9). Beliau dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.


b. Sepak Terjang KH. Ahmad Dahlan dalam Organisasi
Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Disamping itu, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari dan Imogiri dan lain-Iain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah . Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Siddiq Amanah Tabligh Fathonan (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul Aba, Ta'aqanu ala birri, Ta'aruf bima kanu wal Fajri, Wal Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo dan Safwan, 1991: 33).
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).

c. Pangkat Pahlawan Nasional
Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Rapublik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.  Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
1)      KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
2)      Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
3)      Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam;
4)      Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria

2. Sang Pencerah itu Hanung Bramantyo
Setiawan Hanung Bramantyo atau yang akrab di telinga kita adalah Mas Hanung adalah seorang sutradara Indonesia yang terlahir di Yogyakarta, 36 tahun silam (1 Oktober 1975). Dalam Festival Film Indonesia 2005, ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik lewat film arahannya, Brownies (untuk Piala Citra - film layar lebar). Ia juga dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik untuk film cerita lepasnya, Sayekti dan Hanafi, namun yang kemudian mendapatkan penghargaan adalah Guntur Soehardjanto. Pada Festival Film Indonesia 2007 ia kembali terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui film Get Married. Bramantyo pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia namun ia tidak menyelesaikannya. Setelah itu ia pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Salah satu filmnya yang kontroversial adalah "Tanda Tanya (?)" yang mempertanyakan tentang intoleransi[1] dimana Front Pembela Islam memprotesnya dan Hanung telah menemui Majelis Ulama Indonesia dan menyetujui memotong beberapa bagian filmnya. Walaupun begitu filmnya yang menyajikan kemoderenan dan kedamaian dalam Islam mendapat sambutan yang baik di Singapura, Australia dan Kanada.